SU-00150: Hukum bersama bukan mahram, patung hiasan, salam r

Primary tabs

2 posts / 0 new
Last post
Anonymous (not verified)
SU-00150: Hukum bersama bukan mahram, patung hiasan, salam r

:salam
Q1. Apakah hukumnya seorang lelaki dan seorang wanita yang bukan mahramnya menaiki kenderaan yang sama untuk ke tempat kerja atau belajar?

Q2. Apa hukumnya seorang lelaki makan bersama-sama dengan seorang wanita atau lebih, yang bukan mahramnya di restoran?

Q3. Patung tidak boleh diletakkan didalam rumah atau kereta untuk tujuan hiasan. Betulkah pendapat ini? Bagaimana pula denga model kereta, adakah dikira sama seperti patung?

Q4. Saya mempunyai banyak kaset dan VCD ceramah agama. Biasanya dipermulaan penceramah akan memberi salam. Wajibkah menjawab salamnya setiap kali mendengar rakaman itu?

Q5. Saya selalu pergi ke masjid di kariah bersebelahan kerana kuliah-kuliahnya mengikuti perkembangan semasa dan lebih baik berbanding di kariah sendiri, malah saya tidak lagi ke masjid di kariah saya. Betulkah tindakan saya ini? Saya turut mengajak rakan saya untuk selalu ke sana untuk mengikuti kuliah tetapi dia tak mahu dengan alasan, "buat apa ke sana, masjid di kariah sendiri pun jarang pergi, inikan pula masjid lain". Bagaimanakah caranya untuk saya mematikan hujahnya?

Re: SU-00150: Hukum bersama bukan mahram, patung hiasan, sal

:salam

Sebelum dijawab semua soalan2 ini ada dua perkara yg perlu diterangkan kpd mukminin iaitu:
1) Kami di al-ahkam lebih suka kiranya dipost dgn satu post satu soalan kecuali soalan2 itu berhubungkait. Kami tidak kisah kalau bank 'Kemukakan Soalan' penuh dgn persoalan sdr asalkan janganlah dimasukkan semua soalan dalam satu posting.

2) Adalah lebih baik kiranya sdr mencari jwpn terlebih dahulu di dalam arkib utk mengelakkan soalan ulangan. Ini krn kebykan soalan yg dikemukakan oleh sdr pernah dijawab sebelum ini. Namun begitu, sekiranya sdr tidak mempunyai masa utk mencarinya, kami/pengunjung akan membantu sdr.

Ini jawapan2 sdr insya Allah:

soalan 1) Menumpangkan seorang wanita ke dalam kenderaan lelaki bukan muhrim akan menimbulkan fitnah, ini kerana atas dasar menghilangkan mudharat tidak boleh melakukan suatu yg mudharat pula. Maksudnya, kita ingin menghilangkan mudharat ke atas gadis itu tapi dgn cara yg mudharat juga yakni perbuatan itu dapat menimbulkan tandatanya masyarakat sekeliling yg menyaksikannya. Kecuali anda ada kawan yg lain di atas kereta itu.
SJ-1179: hukum bercouple

soalan 2) Pertemuan antara laki-laki dengan perempuan tidak haram, melainkan jaiz (boleh). Bahkan, hal itu kadang-kadang dituntut apabila bertujuan untuk kebaikan, seperti dalam urusan ilmu yang bermanfaat, amal saleh, kebajikan, perjuangan, atau lain-lain yang memerlukan banyak tenaga, baik dari laki-laki maupun perempuan.

Namun, kebolehan itu tidak berarti bahwa batas-batas diantara keduanya menjadi lebur dan ikatan-ikatan syar'iyah yang baku dilupakan. Kita tidak perlu menganggap diri kita sebagai malaikat yang suci yang dikhawatirkan melakukan pelanggaran, dan kita pun tidak perlu memindahkan budaya Barat kepada kita. Yang harus kita lakukan ialah bekerja sama dalam kebaikan serta tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa, dalam batas-batas hukum yang telah ditetapkan
oleh Islam. Batas-batas hukum tersebut antara lain:

1) Menahan pandangan dari kedua belah pihak. Artinya, tidak boleh melihat aurat, tidak boleh memandang dengan syahwat, tidak berlama-lama memandang tanpa ada keperluan. Allah berfirman:

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.' Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya ..."(an-Nur: 30-31)

2) Pihak wanita harus mengenakan pakaian yang sopan yang dituntunkan syara', yang menutup seluruh tubuh selain muka dan telapak tangan. Jangan yang tipis dan jangan dengan potongan yang menampakkan bentuk tubuh. Allah berfirman:
"... dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya ..." (an-Nur: 31 )

Diriwayatkan dari beberapa sahabat bahwa perhiasan yang biasa tampak ialah muka dan tangan.

Allah berfirman mengenai sebab diperintahkan-Nya berlaku sopan:

"... Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu ..." (al-Ahzab:59)

Dengan pakaian tersebut, dapat dibedakan antara wanita yang baik-baik dengan wanita nakal. Terhadap wanita yang baik-baik, tidak ada laki-laki yang suka mengganggunya, sebab pakaian dan kesopanannya mengharuskan setiap orang yang melihatnya untuk menghormatinya.

3. Mematuhi adab-adab wanita muslimah dalam segala hal, terutama dalam pergaulannya dengan laki-laki:

a. Dalam perkataan, harus menghindari perkataan yang merayu dan membangkitkan rangsangan. Allah berfirman:

"... Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik." (al-Ahzab: 32)

b. Dalam berjalan, jangan memancing pandangan orang. Firman Allah:

"... Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan..." (an-Nur: 31)

Hendaklah mencontoh wanita yang diidentifikasikan oleh Allah dengan firman-Nya:

"Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan ..." (al-Qashash: 25)

c. Dalam gerak, jangan berjingkrak atau berlenggak-lenggok,seperti yang disebut dalam hadits:

"(Yaitu) wanita-wanita yang menyimpang dari ketaatan dan menjadikan hati laki-laki cenderung kepada kerusakan(kemaksiatan).8 HR Ahmad dan Muslim)

Jangan sampai ber-tabarruj (menampakkan aurat) sebagaimana yang dilakukan wanita-wanita jahiliah tempo dulu atau pun jahiliah modern

4. Menjauhkan diri dari bau-bauan yang harum dan warna-warna perhiasan yang seharusnya dipakai di rumah, bukan di jalan dan di dalam pertemuan-pertemuan dengan kaum laki-laki.

5. Jangan berduaan (laki-laki dengan perempuan) tanpa disertai mahram. Banyak hadits sahih yang melarang hal ini seraya mengatakan, 'Karena yang ketiga adalah setan.'

Jangan berduaan sekalipun dengan kerabat suami atau istri. Sehubungan dengan ini, terdapat hadits yang berbunyi:

"Jangan kamu masuk ke tempat wanita." Mereka (sahabat)bertanya, "Bagaimana dengan ipar wanita." Beliau menjawab, "Ipar wanita itu membahayakan." (HR Bukhari)

Maksudnya, berduaan dengan kerabat suami atau istri dapat menyebabkan kebinasaan, karena bisa jadi mereka duduk berlama-lama hingga menimbulkan fitnah.

6. Pertemuan itu sebatas keperluan yang dikehendaki untuk bekerja sama, tidak berlebih-lebihan yang dapat mengeluarkan wanita dari naluri kewanitaannya, menimbulkan fitnah, atau melalaikannya dari kewajiban sucinya mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anak.

Jawapan di atas ini melingkupi pergaulan dalam apa situasi sekalipun. Tidak kira selepas bertunang mahupun sebelum bertunang. Di dalam fatwanya yang lain, Dr Yusuf Qardawi menjawab persoalan mengenai batas-batas pergaulan bagi mereka yang telah bertunang,

“...Karena itu, yang penting dan harus diperhatikan di sini bahwa wanita yang telah dipinang atau dilamar tetap merupakan orang asing (bukan mahram) bagi si pelamar sehingga terselenggara perkawinan (akad nikah) dengannya. Tidak boleh si wanita diajak hidup serumah (rumah tangga) kecuali setelah dilaksanakan akad nikah yang benar menurut syara', dan rukun asasi dalam akad ini ialah ijab dan kabul. Ijab dan kabul adalah lafal-lafal (ucapan-ucapan) tertentu yang sudah dikenal dalam adat dan syara'.

Selama akad nikah - dengan ijab dan kabul - ini belum terlaksana, maka perkawinan itu belum terwujud dan belum terjadi, baik menurut adat, syara', maupun undang-undang. Wanita tunangannya tetap sebagai orang asing bagi sipeminang (pelamar) yang tidak halal bagi mereka untuk berduaan dan bepergian berduaan tanpa disertai salah seorang mahramnya seperti ayahnya atau saudara laki-lakinya.”
SJ-2239: [G] Hubungan Ajnabi lelaki dan perempuan

soalan 3) Kereta bukanlah patung. Harus hukumnya. Lanjutkan bacaan ke URL berikut: SU-00087 Hukum Menggantung Gambar Didalam Rumah ?

soalan 4) Lihat jawapan al-Fadhil ust Pendekar: SJ – 2525 : MENJAWAB SALAM MELALUI T.V , RADIO , E-MEL & MEDIA-MASSA

Sekian. WA.

:wassalam

P/S: Jawapan utk soalan 5 saya asingkan dan masukkan kembali ke 'KEMUKAKAN SOALAN FIQH'.